Jakarta - Kontraktor proyek Mass Rapid Transit (MRT)
Jakarta akan memakai alat bos raksasa canggih untuk membuat terowongan bawah
tanah dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga Jalan Sisingamangaraja depan
sekolah Al-Azhar.
Terowongan ini akan berada 30 meter di bawah jalan protokol, yaitu Jalan Sudirman dan Jalan MH Thamrin.
"Underground (terowongan bawah tanah) dikerjakan dengan cara mengebor di bawah kemungkinan titiknya dari bundaran Senayan, nanti ada titik satu lokasi untuk dimasukkan peralatan dan material," ucap Corporate Secretary PT Wijaya Karya Tbk (Wika) Natal Agrawan kepada detikFinance, Kamis (13/6/2013).
Untuk peralatan canggih ini, Wijaya Karya yang mengandeng Shimitsu Kobayashi dan PT Jaya Konstruksi, harus mendatangkannya dari Jepang dan Jerman. Sambil menunggu peralatan, Wijaya Karya bersama konsorsium telah melakukan berbagai kajian termasuk soal pengaturan lalu lintas
saat proyek dimulai.
Dihubungi secara terpisah, pemenang proyek MRT rute bawah tanahnya lainnya yakni PT Hutama Karya (Persero) pun harus mendatangkan bor raksasa dari negeri sakura Jepang. Hutama Karya yang menggandeng Sumitomo menjelaskan, nantinya pengguna jalan sedikit terganggu saat mobilisasi alat dan material masuk ke dalam tanah. Namun setelah itu, pengerjaan prayek berjalan lancar.
"Nanti alatnya dari Jepang. Itu ada 30 meter di bawah tanah. Kalau alat-alat masuk (bor raksasa), bisa dikerjakan 24 jam. Kalau supply (alat dan material) pasti traffic manajemen disusun," ujar Corporate Secretary Hutama Karya Ari Widyantoro.
Seperti diketahui, terdapat dua konsorsium yang berhasil lolos untuk mengerjakan proyek MRT, pertama yang dimenangkan konsorsium Shimitsu Kobayashi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT Jaya Konstruksi untuk mengerjakan dua paket bawah tanah (underground) dari Al Azhar sampai Dukuh Atas.
Sedangkan konsorsium kedua, paket bawah tanah (underground) dimenangkan oleh Sumitomo Mitsui dengan PT Hutama Karya (Persero) mengerjakan satu paket dari Dukuh Atas sampai Bundaran HI.
Terowongan ini akan berada 30 meter di bawah jalan protokol, yaitu Jalan Sudirman dan Jalan MH Thamrin.
"Underground (terowongan bawah tanah) dikerjakan dengan cara mengebor di bawah kemungkinan titiknya dari bundaran Senayan, nanti ada titik satu lokasi untuk dimasukkan peralatan dan material," ucap Corporate Secretary PT Wijaya Karya Tbk (Wika) Natal Agrawan kepada detikFinance, Kamis (13/6/2013).
Untuk peralatan canggih ini, Wijaya Karya yang mengandeng Shimitsu Kobayashi dan PT Jaya Konstruksi, harus mendatangkannya dari Jepang dan Jerman. Sambil menunggu peralatan, Wijaya Karya bersama konsorsium telah melakukan berbagai kajian termasuk soal pengaturan lalu lintas
saat proyek dimulai.
Dihubungi secara terpisah, pemenang proyek MRT rute bawah tanahnya lainnya yakni PT Hutama Karya (Persero) pun harus mendatangkan bor raksasa dari negeri sakura Jepang. Hutama Karya yang menggandeng Sumitomo menjelaskan, nantinya pengguna jalan sedikit terganggu saat mobilisasi alat dan material masuk ke dalam tanah. Namun setelah itu, pengerjaan prayek berjalan lancar.
"Nanti alatnya dari Jepang. Itu ada 30 meter di bawah tanah. Kalau alat-alat masuk (bor raksasa), bisa dikerjakan 24 jam. Kalau supply (alat dan material) pasti traffic manajemen disusun," ujar Corporate Secretary Hutama Karya Ari Widyantoro.
Seperti diketahui, terdapat dua konsorsium yang berhasil lolos untuk mengerjakan proyek MRT, pertama yang dimenangkan konsorsium Shimitsu Kobayashi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT Jaya Konstruksi untuk mengerjakan dua paket bawah tanah (underground) dari Al Azhar sampai Dukuh Atas.
Sedangkan konsorsium kedua, paket bawah tanah (underground) dimenangkan oleh Sumitomo Mitsui dengan PT Hutama Karya (Persero) mengerjakan satu paket dari Dukuh Atas sampai Bundaran HI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar